Seorang lelaki paruh baya itu mulai jenuh memandangi ujung pancingnya. Sudah berjam-jam lamanya ia menanti ujung pancingnya di tarik seokor ikan, namun belum juga ada seekor ikanpun yang mau meliriknya. Kejenuhan semacam ini sering ia rasakan ketika waktu sudah berlalu beberapa jam namun tak seekor ikanpun ia dapatkan. Kalau sudah demikian tidak ada kata lain kecuali sabar..sabar…dan sabar.
Di tengah kejenuhannya itu ia mencoba berfikir. Sejenak ia mengingat hampir sepuluh tahun ia hidup hanya dari menjadi seorang pemancing ikan. Sementara kebutuhan keluarga yang semakin menumpuk bahkan sudah tidak terkejar. Biaya hidup yang semakin mahal, lapangan kerja yang semakin sulit dan persaingan usaha yang semakin ketat membuat ia berfikir bahwa memang tidak ada pilihan lain kecuali tetap bertahan menjadi seorang pemancing ikan.
Dalam renungannya itu ia ingat kata-kata seorang ustats kondang yang menyampaikan bahwa kalau kita mau banyak rezeki maka bersedekahlah. Karena sesungguhnya sedekah itu memanjangkan umur dan menambah rejeki. Ia mulai ingat bahwa memang ia jarang bersedekah karena ia berfikir, jangankan untuk bersedekah sedangkan untuk kebutuhan sendiri saja masih kurang itukah yang kiranya membuat kehidupannya semakin sulit. Tetapi tidak ada salahnya jika di mencoba untuk menuruti apa yang di sampaikan sang ustats.
Sepulang dari memancing lelaki itu mulai rajin berdo’a, malam itu selesai ia beristirahat dan makan malam ia berniat menunaikan sholat tahajut dan menyambungnya dengan doa-doa yang ia coba gali kembali dari buku-buku do’a yang pernah ia beli di pinggir jalan. Semua itu ia lakukan semata-mata agar kehidupannya mulai berubah. Dalam do’anya ia tidak banyak meminta. Hanya beberapa kalimat yang ia panjatkan. “Ya Allah berikan saya rejeki yang banyak, berikan saya setiap kali angkat pancing saya terdapat lima ikan”. Ya.. hanya kalimat itulah yang sering ia sebut dalam do’anya.
Pagi harinya kembali ia berangkat memancing sambil mencoba menyisihkan sedikit recehan yang ia punya dan ia bagikan kepada fakir miskin. Sambil menunggu hasil pancingannya tak lupa ia selalu melantunkan do’a-do’a yang ia bisa. Hari berganti hari dan minggu berganti minggu. Namun kehidupan lelaki itu tetap belum berubah dari segi ekonomi. Ia mulai ragu dengan apa yang di sampaikan sang ustat kondang itu, tetapi ia mencoba untuk bersabar. Bukankah kita tidak boleh berburuk sangka kepada siapapun terlebih kepada Allah sang pencipta.
Sementara itu Allah maha melihat dan maha mengetahui. Menyaksikan kehidupan lelaki yang penuh kesungguhan hati itu. Maka di panggillah malaikat penebar rejeki. “Wahai malaikat, berikan rejeki kepada si pulan. Berikan apa yang ia minta.”. baik ya Allah. Maka malaikatpun berangkat ke tempat si pulan memancing. Dilihatnya si pulan sedang memancing di pinggir kali sambil melafatkan doa-doa seperti biasa.
Namun malaikat itupaun pergi dan meninggalkan lelaki tadi tanpa memberikan apa-apa.
Setahun sudah berlalu lelaki paroh baya itu menjalani kehidupannya. Namun belum berubah juga kondisi ekonominya. Padahal Allah telah memerintahkan kepada malaikatNya untuk memberikan rezeki yang ia minta. Dimanakah sebenarnya letak kesalahannya. Katanya Allah maha pemberi, dan memang Allah telah memberi melalui utusanNya. Katanya harus rajin berdoa, rajin beribadah, rajin sedekah. Tapi… kenapa rejeki belum juga tiba.
Kita sering menyalah artikan bahwa rejeki itu harus berupa uang. Padahal anugerah yang kita terima setiap hari tak ternilai harganya. Udara yang kita hirup, air yang kita gunakan setiap hari. Sehat yang kita punya. Apakah itu bukan rejeki. Mari kita cari dimana letak kesalahannhya.
Kita sering menyalah artikan bahwa rejeki itu harus berupa uang. Padahal anugerah yang kita terima setiap hari tak ternilai harganya. Udara yang kita hirup, air yang kita gunakan setiap hari. Sehat yang kita punya. Apakah itu bukan rejeki. Mari kita cari dimana letak kesalahannhya.
Merasa kehidupan ekonominya tak kunjung berubah lelaki paroh baya itu tetap bersabar. Ia tingkatkan lagi ibadahnya, sholatnya, amalnya, sedekahnya. Dan malam hari itu ia mengadukan nasibnya kehadapan Allah SWT. “Ya, Allah kenapa tak kunjung kau kabulkan permohonanku, tidak sayangkah engkau kepadaku”.
Sambil terisak menangis lelaki itu menitikkan air mata. Merasakan betapa pahitnya kehidupan ini, betapa berat penderitaan ini.Kemudian Allah memanggil sang malaikat. “Wahai malaikat, kenapa belum engkau bagikan juga rejeki si pulan, padahal aku sudah menyuruhmu”.” Ampun ya Allah. Hamba bingung. Bagaimana caranya memberikan ikan kepada si pulan. Ikan yang dia pinta lima sekali angkat, sementara kail yang ia siapkan cuma satu, seharusnya ia pasang kail 5 atau lebih”.
Sahabat coba mari kita pikirkan kembali mungkin banyak hal yg sudah kita lakukan, tetapi karena ada kesalahan dalam ikhtiar kita maka apa yang kita harapkan belum tercapai, saatnya introspeksi diri. Jika kita seorang marketing berharap akan ada 10 pembeli di bulan ini maka sebarkan iklan hingga seratus, maka Allah akan kabulkan apa yang menjadi do'a dan harapan kita. Tetap semangat ya.. !!
Sambil terisak menangis lelaki itu menitikkan air mata. Merasakan betapa pahitnya kehidupan ini, betapa berat penderitaan ini.Kemudian Allah memanggil sang malaikat. “Wahai malaikat, kenapa belum engkau bagikan juga rejeki si pulan, padahal aku sudah menyuruhmu”.” Ampun ya Allah. Hamba bingung. Bagaimana caranya memberikan ikan kepada si pulan. Ikan yang dia pinta lima sekali angkat, sementara kail yang ia siapkan cuma satu, seharusnya ia pasang kail 5 atau lebih”.
Sahabat coba mari kita pikirkan kembali mungkin banyak hal yg sudah kita lakukan, tetapi karena ada kesalahan dalam ikhtiar kita maka apa yang kita harapkan belum tercapai, saatnya introspeksi diri. Jika kita seorang marketing berharap akan ada 10 pembeli di bulan ini maka sebarkan iklan hingga seratus, maka Allah akan kabulkan apa yang menjadi do'a dan harapan kita. Tetap semangat ya.. !!